Selasa, 18 Maret 2014

APIK GAYA CAFE RACER – SUZUKI GT-185 ’78



Bukan karena Bro Apik pemilik Suzuki GT-185 ini maka judul diatas tertulis Apik Gaya Cafe Racer, tapi memang pemilik motor ini sudah kadung mengidamkan motornya diubah ala Cafe Racer. “Toh memang diawal kemunculannya banyak menggunakan motor-motor berbasis mesin 2 Tak kan Mas, makanya gua pilih gaya Cafe Racer untuk bisa diaplikasikan ke GT-185 gua, yang mantep mesinnya juga 2 cylinder makanya lebih sexy untuk dilihat…”, begitu ucap pria yang bekerja disalah satu perusahaan farmasi ini memberikan rekomendasi terhadap ubahan yang akan dilakukan ini.
Tahap pertama adalah melungsurkan bodi asli bawaan motor dan membuat bodi baru dengan tetap mengandalkan plat galvanil 1.2 mm untuk bagian tangki dan 1 mm untuk bagian bodi lainnya. Karena ingin sedikit tampil lebih modern kaki-kaki bawaan motorpun dilucuti dan ditukar dengan kaki-kaki bawaan Kawasaki Ninja 250, kecuali swing arm yang di-custom menggunakan pipa seamless 1,25 Inch dan berpasangan dengan shock YSS Z-Series. Beres pembuatan bodi giliran Komet Studio dipercaya melabur dengan pilihan warna merah dan putih agar terkesan lebih nasionalis. Stang mengandalkan bawaan Kawasaki Ninja 250 berpadu dengan spion Bar End dan lampu-lampu aftermarket. Bagian mesin tetap dibiarkan standar karena dirasa sudah cukup mumpuni, hanya platina diubah CDI dan karburator diganti Mikuni PE24. Pamungkasnya knalpot custom racikan Jet Hot dipercaya untuk menyalurkan sisa gas buang pada GT-185 ini.
Kelar project modifikasi ini cukup membuat sang pemilik motor puas dengan hasil akhirnya, beberapa orang yang melihat wujud GT-185 juga memberikan apresiasi karena tampilan yang jauh lebih segar dengan finishing yang apik. “Sayang nih mas pas motor jadi gua malah harus tugas keluar kota, tapi setelah balik gua mau puas-puasin riding pake GT-185 ini…”, tutur pria yang memang hoby dengan motor-motor klasik ini.
Klik foto untuk memperbesar gambar





Foto : Agustinus (Black Xperience)

Spesifikasi :

  • Body Custom by STUDIO MOTOR Custom Bike
  • Painting & Airbrush by KOMET Studio
  • Velg Set Kawasaki Ninja 250
  • Ban Bridgestone Battlax 120/70-17 & 150/60-17
  • Shock depan Kawasaki Ninja 250
  • Swing Arm Custom + Shock YSS Z-Series
  • Lampu-lampu Aftermarket
  • Karburator Mikuni PE24
  • Rantai TK Japan
  • Knalpot Custom by Jet Hot
STUDIO MOTOR Custom Bike

1969 Honda S90 Café Racer






Most motorcycle shops start by building bikes for a living and then end up printing the odd tee with their logo on it to sell on the side. Not these guys. They started a clothing label that now builds bikes on the side. Uprising is label designed by two guys from Jakarta, Ariadi Poernomo and Pedi Tahir. “30 year old kids with motorcycles in our hearts,” says Ariadi. “Our clothing is coming out later this year and we’ve always teamed up with local talented builders to make our rides; we’ve decided we wanted it to be part of the brand… which is why all our bikes are a collaboration. But sooner or later we are planning to have our own workshop. We do sell these bikes afterwards, so we can build more new stuff.” They have many bikes on the go at the moment but their latest is this stunning 1969 honda s90 café racer.

“We teamed up with a builder by the name of Pisone Terrasse. We wanted to make a clubman and a cafe racer but the main thing was to keep it in its original form, slick and clean knowing that keeping bikes in their original form will be good for their value in the future. So we chose the s90 because of the small hanging engine and the funky-looking gas tank. The hardest part was finding some of its original parts and we rebuilt the engine from scratch as well. It took about 2 months for this project to be well prepared for the road.”

“We go to all this trouble ’cause we believe there’s value and soul in these vintage bikes. This bike took around two months finish, and once we got the clubman bars on it looked beautiful. We also wanted a clubman-looking seat as well.”

“Some of the parts were actually bought from friends who we know still had some n.o.s. parts for the s90. The tank and headlight and speedometer are n.o.s that we bought. The ones that came with the motorcycle were bad. Luckily we didnt have to buy the parts from outside of Indonesia. The seat was custom made; we wanted to make a simple cafe racer seat which does not stand out too much so the main focus is still the gas tank. The engine it self is all stock.”

We reckon that Uprising is set to make a small fortune from their clothes. And if that doesn’t pan out due to some strange, freakish twist in the space/time continuum then hell knows they’ll sure be able to make it rich with their spannering. Anyone looking to invest in a sure thing?



Kawasaki Ninja 250R, Cafe Racer Nuansa Skall




Tesa Rutman artis layar kaca Indonesia. Sudah menggunakan Kawasaki Ninja ini sejak pertama beli. Tesa yang membintangi film ‘Putih Abu-abu’ ini mulai bosan tampilan standar, akhirnya coba ubah aliran jadi nuansa café racer.

“Konsep café racer dipadu sentuhan nuansa skall. Tapi, jangan sampe ubah rangka terlalu extrime,” wanti Tesa, kepada Eri Nugraha dari 8910 Custom.

“Tenang bro, paling hanya potong backbone. Tapi, karena centerbone Ninja kiri-kanan itu berbeda, jadi PR buat saya. Jadi, enggak mudah agar hasilnya maksimal,” papar Eri, pria berjenggot ini.

Kesepakatan mereka berdua, sasis belakang langsung dipotong dari ujung sampai ke pertemuan tulang atas-bawah. “Berapa centimeternya lupa,” jelasnya. Setelah dipotong, Eri coba browsing model body di inter agar dapat inspirasi baju fresh. Tapi, tidak menjiplak 100% .

Bila diperhatikan seksama lekukan tangki mirip Triumph Bonneville, uniknya kepala cincin model tengkorak dicustom jadi tutup tangki. Setelah tangki, box aki dan buntut belakang yang terbuat dari pelat besi 1 mm terpasang, karena sasis sebelah kiri enggak lurus jadi ada bolong. Buat ngakalinnya, doi bikin pelat besi rapi agar estetikanya dapat.

Di bagian depan, diameter peredam kejut kepunyaan Ninja 250R, dirasa masih kurang kekar. Obatnya, pakai sok depan Yamaha Byson diameter 41 mm. Cara pasangnya terbilang gampang, hanya memindahkan as segitiga Ninja ke sok Byson. “Malah bisa dibilang enggak ada ubahan yang sulit,” katanya.

Finishing touch, seluruh body dilebur cat Auto Bright hitam dop, lantas disemprot clear khusus cat dop. Lalu diberi cutting stiker berbentuk tengkorak, yang menguatkan tema skall.

“Setelah jadi, Tesa langsung turing ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi,” bangga pria, yang buka bengkel di Jl. Hidup Baru No. 44 Jakarta Selatan.  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Lampu: Yamaha V-ixion
Stang: Kawasaki Ninja 150R
Knalpot: Custom Z Hot
Cakram: KTC 320 mm
Footstep: Nui
Grip: Beston
8910Custom: 0815 1432 5659

Modifikasi Kawasaki Ninja 250R 2009, Cafe Racer Harian




Jakarta - Rasa-rasanya baru kali ini dijumpai Kawasaki Ninja 250R dirombak bergaya cafe racer. Sudah pasti ini sesuatu yang sangat beda dari umumnya gaya modif Ninja. Bukan hanya itu, seluruh bagian juga diperhitungkan teliti hingga tampil sempurna. Tentu bisa bikin orang yang melihat berdecak kagum.

Hebatnya lagi bisa dikatakan untuk tampil seperti ini tidak perlu modal besar. "Bisa dikatakan hanya knalpot aja barang mahal yang nempel di motor ini," tunjuk Eri Nugraha si empunya motor.

Untuk saluran buang, Eri menggunakan merek Leo Vince SBK full system. Katanya sih, kalau di pasaran harga knalpot ini kisaran Rp 7 juta.

Karena memang konsep yang diinginkan cafe racer, pastinya pembuatan bodi baru jadi fokus utama. Fairing pasti sudah tidak diperlukan lagi. "Bentuk rangka sekarang bisa dikatakan stock custom," kata Donny Lenggono dari bengkel Hantu Laut (HL) yang menggarapnya.

Rangka belakang dipotong karena kepanjangan dan nungging. "Sedangkan rangka tengah yang di bawah jok aslinya miring dibuat rata. Supaya sesuai konsep," tambah builder bermarkas di Jl. H Nawi Raya, Gg H. Jeni, No. 78, Gandaria Utara, Jakarta Selatan ini. 

Bagian buntut dibuat dengan ide yang sedikit terpengaruh dari luar. "Itu murni desain saya, hanya sedikit terinspirasi dari gaya di Inggris," jujur Donny sambil bilang buritan dibuat dari pelat 0,9 mm.

Kreasi Donny berikutnya lanjut pada desain tangki. Modelnya cukup unik, yang pasti ada lekukan pas untuk paha yang akan bisa dengan nyaman mengepit tangki. "Basicnya dari Thunder 125," cerita Eka menambahkan.

Kemudian posisi setang dibuat agak rendah. "Itulah hal yang paling menarik dari gaya cafe racer, sensasi motor sport sebenarnya tapi dengan nuansa lawas," tambah Eka yang baru dikaruniai putri ini.

Untuk kelir, biar berkesan tua tadi sengaja digunakan jenif doff. "Pilih hijau karena itu warna khasnya Kawasaki," tambah karyawan sebuah perusahaan travel agent ini.

"Rangka dicat warna emas supaya menonjol dan kontras dengan bodi secara keseluruhan," mantap Eka.  Mantap memang!

Setiap Hari Turing

Apa rasanya menaiki motor ini? "Yang pasti saat awal-awal punggung dan pinggang akan terasa pegal. Apalagi tiap harinya berasa turing," cerita Eka yang jarak antara rumahnya di BSD, Tangerang dan kantor di ITC Fatmawati, Jakarta Selatan lumayan jauh. Estimasi setiap hari menempuh sekitar 70 km.

Karena perjalanan jarak jauh tadi, untuk kaki-kaki dia masih mempertahankan aslinya. "Saya takut kalau ganti sok atau pelek yang lebar kenyamanan jadi berkurang, mungkin secara tampilan memang jadi lebih sip," ujarnya.

Karena tuntutan konsep, maka setang sekarang juga sudah ikut diubah sudutnya menjadi lebih ditekuk. "Kelemahannya sudut putar jadi berkurang, tapi nggak masalah selama enggak belok patah," tambahnya.

Meski begitu, Eka memang pengendara yang paham sekali tentang safety riding. Karena di ujung setang tetap dipasang kaca spion.  

Si Tigi pun Jadi Korban Cafe Racer




Si Tigi pun Jadi Korban Cafe Racer
Modif Honda Tiger ala Cafe racer (Source: Studio Motor)
Selasa, 20 Agustus 2013 18:15

Otosia.com - Honda Tiger lansiran 2011 tunggangan bro Hendra ini pun harus berganti rupa menjadi tongkrongan klasik bergaya Cafe racer. Studio Motor-lah (SM) yang menjadi aktor di balik perubahan apik sosoknya.
Bengkel modifikasi asal Jakarta asli Tanah Air yang namanya juga telah menggaung di dunia otomotif dunia, menunjukkan bahwa modifikator kita tidak kalah unggul dengan para modifikator luar negeri.
Honda Tiger Cafe Racer (Studio Motor)Hendra adalah sosok bikers sejati yang merelakan si Tigi (sebutan untuk Honda Tiger di Indonesia) untuk didandani lebih tua, namun jangan salah justru aliran klasik ini - Cafe racer - memberikan nilai tersendiri bagi penggemar modifikasi motor dunia saat ini.
Honda Tiger Cafe Racer (Studio Motor)Tak perlu berlama-lama, singkat cerita Studio Motor Custom Bike langsung melakukan beberapa perombakan besar. Diantaranya yakni, mengganti part pada sektor kaki-kaki, bodywork, dan finishing-touch dengan semburan cat dan grafis.
Honda Tiger Cafe Racer (Studio Motor)Untuk sektor kaki, SM mempercayakan fork depan Yamaha Byson dengan velg merk TK Japan dengan diameter 18/3 inci yang dipadukan dengan ban Shinko 011 120/70-18. Sedangkan untuk kaki belakang, swing arm merupakan custom dengan suspensi variasi merk YSS Z-Series 36mm, velg juga TK Japan 18/3,5 inci serta balutan ban Shinko 006 150/60-18.
Honda Tiger Cafe Racer (Studio Motor)Kemudian lanjut pada sektor bodywork, plat galvanis/galvanil 1,2mm menjadi bahan utama yang dipilih SM untuk membentuk si Tigi menjadi berpenampilan retro Cafe racer. Untuk stang setir, SM memberikan model dragbar untuk mengesankan keringkasan. Sedangkan untuk knalpot menggunakan part custom racikan Flash Muffler Custom yang terlihat klasik.
Honda Tiger Cafe Racer (Studio Motor)Sebagai langkah akhir dari proses yang panjang ini, SM menyemburkan perpaduan warna putih-hitam-merah pada sekujur si Tigi Cafe racer milik bro Hendra ini. Dengan warna dominan putih serta goresan desain minimalis semakin memberikannya kesan elegan dan sporty. Tak lupa agar terlihat semakin gahar, SM melabur mesin si Tigi dengan warna hitam doff.

Yamaha RX-King, Mini Chopper from Jambi




Awalnya, Tandri Abenk ingin membuat tunggangan minimoto berbahan dasar Yamaha RX-King yang terkesan sporty. Tetapi, karena sasis belakang nggak bisa terdongkrak ke atas pasca ganti sok depan, niat Abenk modif minimoto berganti mini chopper.

Memang benar. Untuk membuat minimoto, syaratnya enggak cuma ganti kaki-kaki. Tapi, rake dan sasis tengah mesti diatur ulang agar posisi tangki dan jok rata hingga buritan khas motor adventure.

“Makanya saya ubah aliran modifikasi minimoto jadi mini chopper, tetapi tetap sporty,” ucap Tandri yang tinggal di Jl. Bawean, Lorong kamboja, Jambi.

Arah modif mini chopper terinspirasi juragan martabak Malabar ini setelah lihat sok depan upside down aftermarket terpasang di komstir. Karena sudah keluar jalur, alhasil bentuk tangki, jok dan sepatbor belakang dibentuk ulang sesuai motor aliran chopper.

“Cuma biar kesan sporty tetap ada, idiom motor balap tetap disertakan. Seperti pemasangan model sepatbor depan-belakang, cover samping handmade bergambar full racing. Juga pemasangan setang baplang merek Fatbar ala motor trail,” imbuh pemilik bengkel modifikasi Indoteknik Mandiri di alamat yang sama.

Selain peranti yang ada, kaki-kaki juga alikasi part bernuansa racing. Bisa lihat roda depan-belakang aplikasi ban semi off-road merek Delli Tire. Begitu juga suspensi depan dan belakang merek YSS yang terhubung dengan lengan ayun produk aftermarket.

Nah, di ajang Tribun Jambi Auto Contest 2013, tunggangan Tandri Abenk juara 3 kelas Racing Look. Mantab. (motorplus-online.com)
 
DATA MODIFIKASI
Sok belakang: YSS
Pelek: Excel 3,00 dan 3,50x17
Grip gas: Daytona
Kaliper master: KTC
Blok: Belimbing

Honda GL 100, Cafe Racer Patah Hati




Alkisah, Mutiara Agung from Kota Dawet Ayu Banjarnegara, sedang broken heart alias patah hati. Bukan bermaksud mellow, tetapi cerita indah yang telah dirangkai selama bertahun-tahun pupus sudah. Nasi sudah menjadi bubur, dan tukang bubur pun naik Haji.Waduh, enggak nyambung nih! He,he,he.

Ketimbang makin dalam perasaan patah hatinya, maka Agung lampiaskan rasa itu ke Honda GL-100 lawasnya. Ketiban bubur, eh duren, Pandu Setyabudi pentolan rumah modifikasi Orion Custom (OC) Banjarnegara, Jawa Tengah kasih konsep Café Racer (CR) sebagai obat galau.

Mengejar tampilan ala CR yang nunduk, modifikator gaul disapa Pandu ini konsen olah setang variasi pada ajrutan depan original. Cara pasangnya bukan seperti model konvensional. Namun Pandu sengaja memasang setang di bagian bawah segitiga atas. Sehingga, makin nunduk. Apalagi sok depan sudah diturunkan 5 cm dari segitiga atas.

Agar tampilan makin rapi, segitiga atas-bawah dibuat ulang dari material besi babet. Sehingga makin kekar dan berkesan padat, apalagi dipoles ulang agar makin berkilau.

Sasis belakang, dipermak ala buntut tawon. Sub frame dipangkas beberapa centimeter saja. “Termasuk bentuk jok yang sudah diolah dengan gaya berkerut khas motor klasik,” urai modifikator yang ngendon di Jl. Raya Dieng, Km 30, Banjarnegara, Jawa Tengah ini.

Pola hati terbalik di kover aki, sebagai simbol broken heart. Suit suit!. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: IRC 110/70-17
Ban belakang: IRC 130/70-17
Sok belakang: YSS
Gas Spontan : Daytona
OC: 0856-4763-5975
 

Kawasaki Z250, Maxi Enggak Perlu Mahal



Bagi sebagian bikers, ada yang hindari perilaku jor-joran mengeluarkan kocek demi hasil modifikasi maksimal. Tapi, bukan berarti hemat biaya juga berdampak pada hemat kualitas, bro.

Seperti Kawasaki Z250 Supeno ini. Pada saat proses modifikasi, doi menghindari pengeluaran biaya yang tak ada nilai maksimalnya. “Banyak anggapan murah itu sudah identik dengan jelek. Justru itu tantangannya. Gimana caranya keluarkan uang yang tak banyak, tetapi hasilnya tidak murahan,” bebernya.

Tantangan itu diberikan kepada Dimas Erlangga. Doi modifikator yang dipercaya Supeno untuk membuat Z250 terlihat gagah, kekar dan lebih berotot. Sehingga ciri street fighter pacuan 250 cc dua silinder dari Kawak ini makin mencuat ke permukaan.
Tidak banyak omong, Dimas yang gape membuat bodi dari fibreglass ini langsung membuat cetakan. Mulai dari tangki, cover engine dan cover radiator.

Bagian tangki, dibalut kondom yang tebalnya 3 lapis serat kaca. Cetakan fiber itu bentuknya dibikin lebih lebar, agar kesan gagah bisa terlihat.

Kesan sangar juga terpancar dari pipa tubular di bawah tangki. Pipa besi itu, tebalnya 1,5 mm dan diameter 1 inci. “Sasis tambahan ini bikin tampilan beda dan unik,” aku Dimas, juragan Diemaz Motor di Jl. Baja Raya No. 83, Perumnas 2, Karawaci, Tangerang, Banten.  (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Michellin 120/60-17
Ban belakang : Michellin 160/60-17
Hand guard : UFO Italy
Spion: Black Diamond
Diemaz Motor: 0856-1400-800
 

Suzuki A100, Cafe Racer




Dimas Ario kesengsem modifikasi ala cafe racer. Untuk mewujudkan mimpi, Dimas mengambil ‘bahan’ Suzuki A100. “Iya. Pokoknya pingin jadi cafe racer,” buka Dimas yang bekerja di Pertamina, Jawa Timur itu.

Tapi, ada bagian yang diubah tanpa memanfaatkan bahan dasar fiber. Padahal, kebanyakan modifikator lebih memilih pakai fiber.

“Iya di bagian buntut. Buntut jadi salah satu ciri cafe racer. Biasanya pakai fiber, saya pilih pelat,” kata Eric Caprin, builder Caprin Racing di Gubeng Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur.

Secara teknis bikin buntut cafe racer dengan fiber lebih mudah dibanding pelat. Resin dan serat fiber dimasukkan ke molding alias cetakan yang sudah diset buntut cafer race.

Nah, kalau memanfaatkan pelat sepintas mudah. Tinggal menekuk sesuai keinginan. “Enggak gitu bro. Kalau begitu, enggak bakal presisi. Tetap pakai cetakan dulu,” kata Eric yang sekarang lagi banyak menerima orderan modifikasi retro.

Eric jelaskan cetakan untuk buntut cafe racer memanfaatkan karton tebal. Karton dibentuk dulu sebagai master.

Setelah itu baru bertahap pelat ditekuk dan diketok untuk mengikuti pola yang dibuat dari karton. Untuk mengukur tingkat presisinya hanya memainkan kejelian tukang ketok alias tukang kenteng. Semakin halus dan rata, permukaan buntut butuh ahlinya ngenteng.

Kalau pakai fiber, enggak rata sedikit tinggal didempul. “Yang enggak umum ketebalan pelatnya. Saya pilih yang tebalnya 1,7 mm,” ulas Eric yang sekarang berbadan gempal.

Ketebalan pelat 1,7 mm untuk bodi motor, contohnya untuk buntut cafe race, terbilang jarang. Rata-rata menggunakan ketebalan 1,5 mm.

“Karena tebal, susahnya proses mengikuti tekukan. Makin tebal, kan makin susah ditekuk,” tutup Eric yang juga modifikator bodi kit mobil.

Tekuk habis! (motorplus-online.com) 
DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 2,50 x 17
Ban belakang : IRC 3,00 x 17
Pelek depan  : DID 1,85 x 17
Pelek belakang : DID2,50 x 17
Sokbreker belakang : Daytona

CAFÉ RACER HONDA WIN 95 RONGSOKAN YANG JADI IDOLA


ImageSaat ini sedang menjadi trend tersendiri motor-motor lansiran tua tahun 90 disulap menjadi motor yang lebih  sedap dipandang dan unik. Salah satunya dimodif menjadi café racer seperti motor milik bro Tonny Teddy ini. Basicnya adalah motor Honda Win 1995, Honda ini dimasanya dikenal sebagai motornya para pegawai negeri. Berkapasitas mesin 100cc tapi tepatnya sih hanya 97cc. motor ini lincah disegala medan, baik pegunungan, aspal maupun menerjang banjir sekalipun dan sangat minim perawatannya.
Tapi bagi seorang modifikator seperti bro Teddy Tonny dalam melihat motor ini memiliki tantangan tersendiri ketika merestorasi motor bermesin tidur dan diubah menjadi model café racer, tidak banyak para modifikator yang doyan dengan mesin tipe tidur untuk dirubah menjadi café racer.
Pengerjaan motor ini dikerjakan di Bengkel Diwa Kustomlaughters Garage dikawasan Cimanggis Depok. Proses pengerjaan cukup singkat hanya membutuhkan waktu 2 bulan. Menjadi klasik ketika melihat model ini mengingatkan kita akan era motor balap tahun 1960 di Inggris negeri asal model café racer ini.
Dalam pengerjaan motor ini, Teddy di bantu seorang temannya yaitu bro Wahyu dalam menyelesaikan modifikasi. “Ada beberapa bagian yang dipotong seperti bagian rangka belakang yang dipotong kisaran 15cm, dimodifikasi bagian rangka dudukan tengki agar bisa disematkan tengki Suzuki A100. Disini perlu membuatkan dudukan baru buat si tengki agar kokoh dan presisi” tukas Wahyu disela sela pemotretan motor.
ImageTidak hanya itu tengki ini sebenarnya telah dimodifikasi ulang, dari bentuk aslinya tengki Suzuki A100, dimana bagian kupingannnya (Shroud) dipangkas dan dihilangkan, bagian dalam tengki dicoak sekitar 7cm agar bisa masuk kedalam rangka Honda Win.
“Bagian buritan belakang, yang menjadi ciri khas dari café racer adalah model bulat setengah lingkaran bola, bentukya ini dibuat dengan memanfaatkan Helm bekas half face, dipotong dan dibuatkan dudukan lubang untuk lampu rem belakang. Terlihat rapi dan genit sedikit bahenol, namun tetap sporty dan macho. Untuk bagian Arm dan cassis tetap menggunakan rangka ori dari Honda Win, agar masih tetap terlihat basic motornya Honda Win”, tutur bro Teddy.
ImageBagian shock depan disematkan shock milik Suzuki Thunder 125, model stang di custom dari stang Ninja 150 yang pemasanganya dibalik nunduk ke bawah, khas café racer. Untuk velg menggunakan ring 17, dibalut dengan ban Mizzle model Taranis, agar terkesan sporty dan modern bagian roda penggerak di pasangkan Gir SINNOB. Bagian Jok juga dicustom agar pas saat nyemplak dan enak didudukin.
Semua menjadi kontras dan terlihat manis, ketika motor tua yang di pandang sebagian orang menjadi besi tua disulap menjadi motor yang penuh nilai seni dan memiliki harga yang tinggi. Perpaduan warna orange dan hitam doff menjadikan motor ini semakin elegan, sedap dipandang mata. (Rdx13)
ImageImageImageImageImage
Data Modifikasi :
Basic Motor : Honda Win 95
Velg dan Ban : Velg Ring 17 2.50 Belakang dan Depan 2.15, Ban Mizzle Teranis
Gir : Sinnob Merah
Shock Belakang : YSS 38
Shock Depan  : Suzuki Thunder 125
Body : Custom
Tengki : Suzuki A100
Rangka : Ori Honda Win 95
Jok : Custom
Stang : Kawasaki Ninja 150
Bengkel : Diwa Kustomluaghters Garage, Perumahan Permata Arcadia Blok H 10 Cimanggis Depok

Honda Win, Cafe Racer Usir Kesan Motor PNS

Siapa bilang Honda Win enggak bisa stylish. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk Wahyu, penyemplak Honda Win 1997 berkonsep caf?® racer ini. Kini, Honda Win yang identik dengan momok motor PNS alias pegawai kelurahan, terbukti di tangan Wahyu bisa terlihat aduhaaayy !!

Tak puas sampai disitu, ternyata Wahyu yang juga punya workshop pribadi berlabel Diwa Custom Slaughter ini inginkan tampilan beda di Win itu.

ÔÇ£Gue mau out the box. Enggak selama pacuan cafe racer punya mesin besar, seperti yang banyak ada di mainstream orang. Buktinya, Win gue bisa dieksplore kan,ÔÇØ ungkap Wahyu serius dari Jl. PKP, Ciracas, Jakarta Timur.

Sekilas terlihat, motor berkonsep Caf?® Racer ini memiliki rangka ubahan alias custom. Tetapi, ternyata Wahyu yang juga tim artistik di salah satu stasiun televisi swasta ini cukup cermat soal kelir.

Warna gold, kini terhias rapi di rangka asli motor Honda yang identik dengan film ÔÇÿSi Doel Anak SekolahanÔÇÖ itu. ÔÇ£Memang banyak yang kira kalau frame dicustom. Namun lihat aja sendiri, itu sasis asli Win. Keren kan,ÔÇØ kelakarnya.

Dengan sengaja menaburkan kelir gold pada rangka, Wahyu ingin menampilkan kesan glamour dan cerah pada tunggangan kesayangannya. Maklum karena badan asli Win kan kecil. He,he he.

Kata Wahyu, konsep caf?® racer ada aliran good boy dan bad boy. Nah, Win miliknya termasuk golongan yang good boy. ÔÇ£Baik, tetapi tetap tegas dengan dominasi hitam,ÔÇØ aku pria 36 tahun itu.

Agar ciri cafe racer enggak hilang dan berganti menjadi street tracker, buritan tak lepas dari buntut tawon. Part bodi custom ini diambil dari helm half face yang kemudian dipotong.

Tidak cukup sampai situ, bagian lain dari Honda Win miliknya pun kerap tersentuh tangan kreatifnya. Misalnya, lewat kaki-kaki gambot. Pelek depan pakai ukuran 2,15x17 dan belakang 2,50x17.

Sangar!. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Sok Depan: Suzuki Thunder 125
Sok Belakang: Kayaba
Ban Depan: IRC 110/70-17
Ban Belakang: IRC 130/80-17
Knalpot: Ahau Racing

RX-Z Café Racer, Kembalikan Romantisme Balap Jadul

March 7, 2013
RX-Z Café Racer, Kembalikan Romantisme Balap Jadul GILAMOTOR.com. – Awalnya, café racer bukanlah sebuah konsep desain modifikasi. Tapi muncul dari sebuah youth culture masyarakat Inggris selepas perang dunia I. Para motorist yang doyan ngebut sering kumpul di sebuah café kecil untuk bersosialisasi sambil menikmati makanan kecil dan secangkir teh panas. Para bro en sis sosialita yang doyan ngebut itu bahkan sering ngebut dari satu café ke café lain. Jadi istilah café racer itu awalnya adalah café yang sering dijadikan tempat kongkow oleh para racer.
Sekarang tren motor jaman baheula itu jadi satu rujukan desain yang sedap dipandang mata. Dengan stang jepit, tangki fiber, bodi belakang ala ekor lebah, bikin model ini jadi unik terlihat. Salah satu pegawai di Departemen Luar Negeri pun kepincut untuk punya motor dengan desain café racer yang mengambil basis dari Yamaha RX-Z.
Bro Erry Herdjuno punya RX-Z 135 jahitan 1995. Motor dengan konfigurasi mesin 1 silinder yang terkenal dengan suara cempreng dan asap mengepul dari moncong kenalpotnya ini dibuat oleh Yamaha Motor Corporation sebagai penerus Yamaha RD125 dan memulai debutnya pada tahun 1987. Tentunya bikers Tanah Air cukup akrab dengan motor ini karena pernah digandrungi anak-anak muda pada medio 1990-an.
“Saya suka lihat tampilan klasik cafe racer, apalagi setelah liat kustomisasi Yamaha RD350 racikan builder luar, kayaknya pas untuk bisa diterapkan di Yamaha RXZ saya ini”, ucap Erry. “Rasanya pilihan saya tepat mengirim motor kesayangan ini ke Studio Motor,” jelas Erry.
Siapa sih yang gak tahu hasil karya Studio Motor..? Kalau masih ada yang belum tahu, silahkan tanya mbah google. Hehehee. Semua karyanya sudah mendunia. Seperti biasa, sang builder dari Studio Motor melucuti seluruh bodi bawaan motor dan sudah menjadi tradisi Studio Motor selalu menggunakan plat galvanis 1,2 mm dibentuk sesuai dengan konsep yang diinginkan oleh klien nya Bro Erry, ala Classic Cafe Racer. Kelar meracik bagian body, giliran Komet Studio ambil peran. Komet punya tugas memberikan warna hitam yang bersanding dengan warna emas lansiran Spies.
Sektor kaki-kaki tak luput dari perhatian. Sok Byson yang punya diameter paling gede di kelasnya 41 mm dirasa cukup untuk menampilkan kesan kekar. Lengan ayun dibuat kustom mengandalkan pipa seamless 1,25 inch berpadu dengan sok belakang berlabel YSS. Pada bagian lingkar roda pemilihan pelek TK Japan 18X3 Inch untuk depan dan belakang cukup manis bersanding dengan ban Firestone Deluxe Champion 3.50-18 untuk depan dan Avon Safety Mileage 4.00-18 pada bagian belakang.
Pamungkas, beberapa peranti dipasangkan untuk menunjang tampilan keseluruhan dari kustomisasi ini. Footstep NUI Project, stang labelan Ride It dan beberapa peranti lain ikutan mejeng di RX-Z café racer ini. Untuk naikin performa, karbu ori-nya ditukar dengan Keihin PWK 28 Sudco dan aliran gas buang diperlancar mengandalkan knalpot kustom racikan Flash Muffler Custom.
Proses pengerjaan hampir 3 bulan. Dan tampang RX-Z ini menjadi jauh lebih segar sesuai keinginan Bro Erry yang mau mengembalikan romantisme balap jadul saat riding menggunakan motor kesayangannya ini. “Pas seperti yang saya bayangkan mas, detail apik ditambah permainan warna plus pemilihan part-part yang tepat bikin tampilan motor ini secara keseluruhan menjadi jauh lebih segar….”, ucap Bro Erry, bangga.